Selasa, 15 Mei 2012

MENGUNGKAP KEGAGALAN PENDIDIKAN AGAMA

Mengungkap Kegagalan Pendidikan Agama



1.     Pendahuuan
Kegagalan pendidikan agama saat ini menuntut perhatian serius oleh semua pihak baik pemerintah, pengusaha, legislative, masyarakat, maupun keluarga. Hal ini cukup beralasan karena saat ini moral anak bangsa telah berada pada suatu titik yang sangat
memperihatinkan. Maraknya tauran antar pelajar, meningkatnya penyalahgunaan narkoba, merebaknya seks bebas di kalangan pelajar selalu kita dengar dan saksikan setiap hari melalui berbagai media. Berdasarkan penelitian tauran antar pelajar dari tahun ke tahun semakin meningkat di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tingkat tawuran antar pelajar sudah mencapai ambang yang cukup memprihatinkan. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnyakorban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat, dalam satu hari di Jakarta terdapat sampai tiga kasus perkelahian di tiga tempat sekaligus (www.smu-net. com).

2.     Isi

Guru Besar Pendidikan Islam Ahmad Tafsir mengatakan, kesalahan paradigm ini menjadi berat. Sebab, paradigma menjadi induk dari semua pengembangan
pendidikan agama Islam di semua tingkatan di sekolah, baik di sekolah umum
maupun di madrasah.

      Kesalahan paradigma itu, sambungnya, adalah pengejaran terhadap aspek
kognitif sebagai prioritas. Padahal, agama adalah akhlak yang berkaitan dengan
sikap, perkataan, dan perilaku keseharian.

      ''Jadi yang utama dalam pendidikan agama Islam adalah bagaimana ajaran
agama menjadi sikap keseharian siswa. Inilah inti pelajaran agama itu,''
katanya menjawab Media, kemarin.

      Dia mengatakan, pendidikan agama Islam yang berorientasi pada kognitif,
karena kiblat yang dipakai 100% teori yang berasal dari dunia Barat. Kesalahan
paradigma ini disebabkan ahli pendidikan agama Islam mengedepankan psikologi
kognitif. ''Padahal, agama lebih menekankan afeksi dan psikomotorik,'' tambah
Ahmad Tafsir.

      Mengenai materi pendidikan agama Islam, menurutnya, sudah sangat banyak.
Bahkan bisa dikatakan berlebih atau kelebihan. Berbagai materi agama semuanya
diberikan kepada peserta didik. Dengan begitu, sesungguhnya bukan materi yang
salah atau kurang, tetapi paradigmanya yang tidak benar.

      Agama itu bukan hafalan yang ditunjukkan dengan angka kuantitatif. Mantan
Dekan Fakultas Tarbiah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Gunung Djati
Bandung ini menegaskan, keimanan adalah sikap. Cermin dari keimanan itu adalah
melakukan perbuatan baik atau dalam bahasa agamanya disebut ihsan. Jadi
pendidikan agama Islam yang berhasil baru pada tahap knowing belum menyentuh
doing dan being.

      Oleh sebab itu, metode yang terbaik bagi pendidikan agama Islam ke depan
adalah internalisasi melalui teknik pembiasaan dan peneladanan. Melaksanakan
puasa, misalnya, tidak hanya dilakukan tetapi juga memberi implikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Perilaku dari puasa ini bukan hanya diajarkan kepada
siswa, tetapi harus dicontohkan oleh guru yang mengajarkannya.

Menurut analisa yang telah saya dapatkan, saya setuju jika kegagalan pendidikan agama yang sedang asyik-asyiknya di perbincangkan. Karena sangat terbukti apa yang telah terjadi saat ini dilapangan. Misalnya saja di sekolah-sekolah SD, SMP, Maupun SMA, cuma terdapat satu atau dua guru pendidikan agama islam. Sedangkan lulusan di setiap universitas itu mencapai ratusan orang  setiap tahunya. Lalu kemana sisa dari satu atau dua orang tersebut, ada yang tidak kerja sama sekali, ada juga yang lebih memilih pekerjain lain dibanding mengajar pendidikan agama yang telah diperoleh sejak menjadi mahasiswa hingga sarjana dengan gelar S.Pd, dengan alasan gajinya lebih besar dan lebih mencukupi. Dengan keterangan diatas, sangatlah jelas  bahwa Pendididkan Agama mandul, tidak mampu membentuk manusia yang punya integritas moral dan agama juga pendidikan gagal melahirkan  manusia seutuhnya karena terlalu menekankan dimensi kognitif dan mengabaikan dimensi lain.
Persoalan SARA yang muncul di wilayah Indonesia akhir-kahir merupakan akumulasi dari kegagalan agama dalam memainkan perannya sebagai problem solver bagi persoalan tersebut. Persoalan tersebut muncul erat kaitanya dengan pengajaran agama secara eklusif. Maka, agar bisa keluar dari kemelut yang mendera bangsa Indonesia terkait persoalan SARA, maka sudah saatnya bagi bangsa Indonesia untuk memunculkan wajah pendidikan agama yang inklusif dan humanis.
Pada tataran teologis, dalam pendidikan agama perlu mengubah paradigma teologis yang pasif, tektualis, dan eklusif.  Menuju teologi yang saling menghormati, saling mengakui eksistensi, berfikir dan bersikap positif, serta saling memperkaya iman. Hal ini dengan tujuan untuk membangun interaksi umat beragama dan antarumat beragama yang tidak hanya berkoeksistensi secara harmonis dan damai, tetapi juga bersedia aktif dan pro-aktif kemanusiaan.
adalah suatu realita bahwa bangsa kita adalah bangsa dengan berbagai keragaman sosial, budaya, ekonomi, dan aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi masyarakat. Namun keragaman tersebut seharusnya menjadi faktor yang diperhitungkan dalam penentuan filsafat, teori, visi, pengembangan dokumen, sosialisasi kurikulum, dan pelaksanaan kurikulum, nampaknya belum dijadikan sebagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan di negara kita” (Hasan, 2000: 511). Maka, akibatnya, wajar manakala terjadi kegagalan dalam pendidikannya (termasuk pendidikan agama), terutama sekali dalam menumbuhkan sikap-sikap untuk menghargai adanya perbedaan dalam masyarakat.
Selain itu, Kautsar Azhari Noer (2001) menyebutkan, ada empat faktor penyebab kegagalan pendidikan agama dalam menumbuhkan pluralisme. Pertama, penekananya pada proses transfer ilmu agama ketimbang pada proses transformasi nilai-nilai keagamaan dan moral kepada anak didik; kedua, sikap bahwa pendidikan agama tidak lebih dari sekedar sebagai “hiasan kurikulum” belaka, atau sebagai “pelengkap” yang dipandang sebelah mata; ketiga, kurangnya penekanan pada penanaman nilai-nilai moral yang mendukung kerukunan antaragama, seperti cinta, kasih sayang, persahabatan, suka menolong, suka damai dan toleransi; dan keempat, kurangnya perhatian untuk perhatikan untuk mempelajari agama-agama lain (Noer dalam Sumartana, 2001: 239-240).
Melihat realitas tersebut, bahkan ditambah dengan adanya banyak konflik, kekerasan, dan bahkan kekejaman yang dijalankan atas nama agama, sebagaimana tersebut di atas, seharusnyalah yang menjadi tujuan refleksi atas pendidikan agama adalah mampu melakukan transformasi kehidupan beragama itu sendiri dengan melihat sisi ilahi  dan sosial-budayanya. Pendidikan agama harus mampu menanamkan cara hidup yang lebih baik dan santun kepada peserta didik. Sehingga sikap-sikap seperti saling menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman agama dan budaya dapat tercapai di tengah-tengah masyarakat plural.

3.     Penutup
 Pendidikan agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah
umum mempunyai peranan yang sangat strategis dan signivikan dalam
pembentukan moral, akhlak dan etika peserta didik yang sekarang ini berada
pada titik terendah dalm perkembangan masyarakat Indonesia. Kegagalan
pendidikan agama Islam untuk membuat dan menciptakan peserta didik yang
berkarakter atau berkepribadian islami tidak lepas dari kelemahan actor utama
dalam proses pendidikan agama Islam di kelas, yakni kelemahan guru agama Islam dalam mengemas dan mendesain serta membawakan mata pelajaran ini
kepada peserta didik.
Kegagalan tersebut juga dipicu oleh ketidakadaan penguasaan manajemen
modern bagi guru pendidikan agama Islam dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah, sehingga sampai saat ini sulit sekali dikontrol dan
dievaluasi keberhasilan dan kegagalannya. Pada hal kuality kontrol itu
seharusnya menjadi pegangan dalam melaksanakan proses pendidikan agama
Islam, sejak ditingkat input kemudian diproses sampai pada outputnya.
Visi pendidikan agama islam di sekolah umum adalah terbentuknya
peserta didik yang memiliki kepribadian yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan
terhadap Allah SWT.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin, M., (1999), Studi Agama: Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Afifi, al-Hadi, Muhammad, (1964), al-Tarbiyah wa al-Taghoyyur al-Tsaqafi, Kairo: Maktabah Angelo al-Mishriyyah.


Senin, 14 Mei 2012

KONSEP AL-QUR’AN TENTANG MANUSIA


Makalah
Di susun guna memenuhi tugas
Mapel : Tafsir
Dosen pengampu : moh.Arja Imroni













Di susun oleh :



Muhajirin       (112311040)                I’tirofurruf’ah (112311030)
Bambang Edi  (1123110                     Ikhwan Aziz    (112311031)




FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012




                             I.            PENDAHULUAN
Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita tidak mengetanui dirinya meskipun kita mengetahui cukup banyak tentang pendapat para ilmuan, filsafat sastrawan dan para ahli dalam bidang kerohanian sepanjang masa ini. Tapi kita ( manusia ) hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh, yang kita ketahui adalah manusia pada bagian-bagian tertentu.
Banyak para ilmuan yang menganggap bahwa manusia di golongkan kelas mamalia (binatang menyusui)­­­­ kemudian berkembang secara kronologis selama jutaan tahun lamanya. Dan kemudian berevolusi dan berubah hingga sekarang ini. Teori evolusi yang cenderung di benarkan oleh para ilmuan modern, terutama setelah di temukannya beberapa fosil yang umurnya jutaan tahun. Apabila di lihat dari teori Al-Qur’an sangatlah terlihat perbedaannya.  Maka dari itu pemakalah akan mengulas tentang teori Al-Qur’an tentang manusia.
                           II.            RUMUSAN MASALAH
A.      Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
B.      Beberapa Istilah Al-Quran Untuk Menyebut Manusia
C.      Potensi-Potensi Yang Ada Pada Manusia
D.     Tugas Manusia Di Bumi
                         III.            PEMBAHASAN
A.      Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Menurut Al-Qur’an manusia di ciptakan dari saripati tanah. Sebagaimana ayat
Surat Al-mu’minin 12-14 :
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ   §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ   ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB$uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ  
12
.  dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari 

tanah.
13.  kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14.  kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Yang menceritakan bahwa manusia di ciptakan dari sari pati tanah, lalu berubah menjadi air mani yang di simpan di rahim, lalu air mani berubah menjadi segumpal daging, lalu menjadi tulang belulang, lalu tulang belulang itu di bungkus daging, akhirnya Allah menjadikannya makhluk. Lalu, surat al-qiyamah yang menjelaskan bahwa Allah menjdikan manusia dari setetes mani yang di tumpahkan kedalam rahim kemudian Allah menyempurnakannya, surat Ass-sajdah  yang menunjukan bahwa Allah menciptakan manusia dari tanah dan dari air mani yang hina .Merujuk pada Ayat- ayat di atas, maka kehidupan manusia dapat di kelompokkan menjadi delapan fase:
1.      Tanah sebagai proses awal penciptaan manusia
2.      Proses yang berasal dari air mani  (nutfah ) setelah manusia memakan makanan yang bersumber dari tanah, akhirnya berbuah seperma dan ovum inilah yang di sebut dengan nutfah, di mana pertemuan keduanya menghasilkan kenikmatan suami istri yang senggama.
3.      Proses yang melekat (Alaqah) konsekuensi dari suami ,istri yang bersenggama (coitus) tadi mengeluarkan sperma dan ovum dan kemudian menetap di rahim dan kemudian menjadi embrio
4.      Proses menjadi segumpal daging (mudghah) segumpal daging ini meruakan dari proses alaqah.
5.      Proses menjadi tulang belulang (Izham) proses ini terjadi adanya embrio yang sudah mengeras kemudian jadilah tulang
6.      Proses menjadi daging ( lahmah ) tulang belulang sudah terbungkus oleh daging merupakan fase terrahir dari embrio
7.      Proses peniupan roh. Pada fase ini mulailah adanya kehidupan dan mulailah bergerak dan mulailah menghirup udara yang ada di dunia
8.      Proses kelahiran ke muka bumi. Pada fase ini manusia mulai melakukan aktifitasnya sebagai manusia yang bertugas sebagai khalifah Allah di muka bumi ini[1].
B.      Beberapa Istilah Al-Qur’an Untuk Menyebut Manusia   
Ada beberapa istilah untuk menyebut manusia antara lain adalah sebagi berikut :
1.       Basyar
Kata basyar kata pada mulanya berarti penampaka sesuatu dengan baik dan indah.dari akar kata yang sama , lahir kata basyarah yang berarti kulit,manusia di namakan basyar karena kulitnya tampak jelas, berbda dengan makhluk lainnya.
Basyar menunjukkan bahwa manusia manusia sama dalam segi lahiriyahya serta persamaan dengan manusia keseluruhannya.
Bahwa nabi muhamad di perintahkan untuk menyampaikan:
(QS.Al-Kahfi(18):110).
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ  
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
2.       Insan
Di ambil dari kata uns yang berati jinak,harmonis,dan tampak.pendapat ini jika di tinjau dari sudut pandang Al-Qur’an lebih tepat dari pendapat terambil dari kata nasiya (lupa) atau nasa-yasenusu (berguncang)[2]
Kitab suci al-Qur’an – seperti yang ditulis Bint as-Syathi’ dalam al-qur’an wa Qadhaya al-Insan – sering kali memperhadapkan insane dengan jin/jan. jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia adalah makhluk yang nyata lagi ramah.
Kata insane di gunakan untuk menunjuk manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Perbedaan manusia hanya secara fisik,menta,dan kecerdasan.
3.       An-Nas[3]
Dalam al-Qur’an manusia dalam pengertian an-nas disebutkan sebanyak 240 kali dengan keterangan yang jelas menunjukan pada jenis keturunan Nabi Adam as. Diantaranya terdapat dalam surat al-hujurat: 13,
4.       Duriyat Adam/Bani Adam
Al-Qur’an tidak menguraikan secara rinci proses kejadian Adam, yang oleh mayoritas ulama dinamai manusia pertama. Yang disampaikanya dalam konteks ini hanya (1) bahan awal manusia adalah tanah, (2) bahan tersebut adalah disempurnakan, (3) setelah proses penyempurnaannya selesai, ditiupkankepadanya ruh ilahi [QS Al-Hijr, 15: 28-29; Shad, 38: 71-72] many search
Abbas  Al-Aqad,  seorang  ilmuwan dan ulama Mesir kontemporer,
dalam bukunya Al-Insan fi Al-Quran  (Manusia  dalam  Al-Quran)
mempersilakan  setiap  Muslim,  untuk  --menerima atau menolak
teori itu-- berdasarkan penelitian  ilmiah,  tanpa  melibatkan
Al-Quran  sedikit  pun, karena Al-Quran tidak berbicara secara
rinci tentang proses kejadian manusia pertama.
Ketika berbicara tentang penciptaan manusia pertama, Al-Qur’an menunjuk kepada sang pencipta dengan menggunkan pengganti nama berbentuk tunggal.
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَراً مِنْ طِينٍ 71
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. (QS Shad, 38: 71)
C.      Potensi – Potensi Yang Ada Pada Manusia
                               Potensi  manusia  dijelaskan oleh Al-Quran antara lain melalui
kisah Adam dan Hawa (QS Al-Baqarah [2]: 30-39).
 Dalam ayat itu dijelaskan bahwa sebelum kejadian  Adam,  Allah telah   merencanakan   agar manusia  memikul  tanggung  jawab kekhalifahan di bumi. Untuk maksud tersebut di  samping  tanah (jasmani)  dan  Ruh  Ilahi  (akal  dan  ruhani),  makhluk  ini
dianugerahi pula:
a.       Potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda-benda alam. Dari  sini  dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa  manusia  adalah makhluk   yang   berkemampuan  untuk  menyusun  konsep-konsep,mencipta,  mengembangkan,  dan  mengemukakan  gagasan,   serta
melaksanakannya.  Potensi  ini adalah bukti yang membungkamkan malaikat, yang tadinya merasa wajar untuk  dijadikan  khalifah di bumi, dan karenanya mereka bersedia sujud kepada Adam. 
b.       pengalaman hidup di surga, baik yang berkaita dengan kecukupan dan kenikmatannya,      maupun rayuan   Iblis dan akibat buruknya.di  surga  adalah  arah  yang  harus  dituju  dalam membangun  dunia  ini,  kecukupan  sandang, pangan, dan papan,serta rasa aman terpenuhi (QS Thaha [20]: 116-ll9),
øŒÎ)ur $oYù=è% Ïpx6Í´¯»n=yJù=Ï9 (#rßßÚó$# tPyŠKy (#ÿrßyf|¡sù HwÎ) š[ŠÎ=ö/Î) 4n1r& ÇÊÊÏÈ   $uZù=à)sù ãPyŠ$t«¯»tƒ ¨bÎ) #x»yd Arßtã y7©9 šÅ_÷rtÏ9ur Ÿxsù %mäl¨Yy_̍÷ムz`ÏB Ïp¨Yyfø9$# #s+ô±tFsù ÇÊÊÐÈ   ¨bÎ) y7s9 žwr& tíqègrB $pkŽÏù Ÿwur 3t÷ès? ÇÊÊÑÈ   y7¯Rr&ur Ÿw (#àsyJôàs? $pkŽÏù Ÿwur 4ÓysôÒs? ÇÊÊÒÈ   
116. dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", Maka mereka sujud kecuali iblis. ia membangkang.
117. Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.
118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang,
119. dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya".
sekaligus arah  terakhir  bagi  kehidupannya di akhirat  kelak. Sedangkan godaan Iblis, dengan akibat  yang  sangat  fatal  itu,  adalah pengalaman yang amat berharga dalam menghadapi rayuan Iblis di dunia, sekaligus peringatan bahwa jangankan yang belum  masuk,yang  sudah  masuk ke surga pun, bila mengikuti rayuannya akan terusir.
c.       Petunjuk-petunjuk keagamaan.Masih banyak ayat-ayat lain  yang  dapat  dikemukakan  tentang sifat dan potensi manusia serta arah yang harus ia tuju.Dari  kitab  suci Al-Quran dan hadis-hadis Nabi Saw. Diperoleh informasi  serta  isyarat-isyarat  yang   boleh   jadi   dapa mengungkap  sebagian  misteri  makhluk  ini.  Namun  demikian,pemahaman atau informasi  dan  isyarat  tersebut  tidak  dapat dilepaskan  dari  subjektivitas  manusia,  sehingga  ia  tetapmengandung kemungkinan benar atau salah, seperti  halnya  yandikemukakan oleh tulisan ini. Secara  tegas  Al-Quran  mengemukakan  bahwa  manusia  pertama diciptakan dari tanah dan Ruh Ilahi melalui proses yang  tidak dijelaskan  rinciannya, sedangkan reproduksi manusia, walaupun dikemukakan tahapan-tahapannya, namun tahapan  tersebut  lebih banyak berkaitan dengan unsur tanahnya[4]. 
D.      Peran  Manusia Di Bumi
1.       Menjadi khalifah Allah, sesuai dengan firman Allah: Kaum Musa berkata, "Kami telah ditindas (oleh Firaun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang." Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi Allah, maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." (al-A'raf: 129)
(#þqä9$s% $oYƒÏŒré& `ÏB È@ö7s% br& $uZuÏ?ù's? .`ÏBur Ï÷èt/ $tB $oYoKø¤Å_ 4 tA$s% 4Ó|¤tã öNä3š/u br& šÎ=ôgムöNà2¨rßtã öNà6xÿÎ=÷tGó¡tƒur Îû ÇÚöF{$# tÝàZusù y#øŸ2 tbqè=yJ÷ès? ÇÊËÒÈ  
129. kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada Kami dan sesudah kamu datang[556]. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), Maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu[557].
[556] Mereka mengeluh kepada Musa a.s. bahwa nasib mereka sama saja; baik sebelum kedatangan Musa a.s. untuk menyeru mereka kepada agama Allah dan melepaskan mereka dari perbudakan Fir'aun, maupun sesudahnya. ini menunjukkan kekerdilan jiwa dan Kelemahan daya juang pada mereka.
[557] Maksudnya: Allah akan membalas perbuatanmu, yang baik dibalas dengan yang baik, dan yang buruk dibalas dengan yang buruk.
 Pengertian kalimat, "Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu", berarti Allah akan membalas perbuatan manusia; yang baik dibalas baik dan yang buruk dibalas buruk.
2.      Menyembah Allah, sesuai dengan firman Allah: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (adz-Dzariyat: 56).
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.


3.      Memakmurkan bumi, sesuai dengan firman Allah: Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan doa hamba-Nya." (Huud: 61)
* 4n<Î)ur yŠqßJrO öNèd%s{r& $[sÎ=»|¹ 4 tA$s% ÉQöqs)»tƒ (#rßç6ôã$# ©!$# $tB /ä3s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçŽöxî ( uqèd Nä.r't±Rr& z`ÏiB ÇÚöF{$# óOä.tyJ÷ètGó$#ur $pkŽÏù çnrãÏÿøótFó$$sù ¢OèO (#þqç/qè? Ïmøs9Î) 4 ¨bÎ) În1u Ò=ƒÌs% Ò=ÅgC ÇÏÊÈ  
61. dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."

[726] Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.


 Pengertian kata pemakmurnya berarti manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia[5].
                         IV.            KESIMPULAN
Manusia mempunyai berbagai pendapat dalam penciptaan manusia terutama para pemikir modern pada saat sekarang ini, setelah kita kaji bersama bahwa manusia itu berasal dari tanah  dan melalui proses yang lama yaitu dari melalui proses percampuran mani dan ovum sehingga terjadilah penciptaan manusia lalu  dalam rahim selama Sembilan bulan akan menjadi manusia yang mempunyai pemikiran yang luar biasa yang membedakan dengan makhluk lainnya dan menjadi khalifah di bumi sebagai pemelihara alam semesta ini, sebagai hamba yang patuh terhadap perintah dan larangn sang khalik.

                           V.            PENUTUP
Demikianlah makalah makalah yang dapatpemakalah sampaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih bannyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karna tak ada manusia yang sempurna,oleh karena itu kritik dan saran sangat pemakalah harapkan guna perbaikan makalah selanjutnya . semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien








DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr. Sihab Umar, 2005Ma. Kontektualitas Al-Qur’an Jakarta,,Penamadani,
M. Shihab Quraish. , 2007,Wawasan Al-Qur’an, Bandung, PT mizan Pustaka,
Hadiri Choirudin Sp. Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an.1996.Jakarta , Gema Indah Press




















[


Arsip Blog